REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Pertumbuhan jumlah sarjana yang rendah di Indonesia ternyata menurunkan minat para investor asing yang ingin mengembangkan usahanya di Tanah Air. "Sampai sekarang, jumlah penduduk berpredikat sarjana di Indonesia hanya di bawah empat persen dibandingkan populasi nasional mencapai 237.600.000 orang," kata Pakar Statistik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya, di Seminar Hasil Sensus Penduduk 2010 dan Indikator Makro Jatim, di salah satu hotel berbintang di Surabaya, Rabu (20/10).
Menurut dia, idealnya angka sarjana di suatu negara antara 15 hingga 20 persen dari jumlah penduduk. Bahkan, di India bisa mencatatkan angka lulusan sarjananya 16 persen dari populasinya. "Minimnya angka penduduk lulusan sarjana di Indonesia ikut dipengaruhi kualitas pendidikan. Apalagi, selama ini biaya mengenyam pendidikan tinggi di Nusantara sangat mahal," tuturnya.
Ia mengemukakan, di Filipina satu orang lulusan sarjana menghasilkan 700 dolar selama bekerja tiga tahun. "Di Indonesia, sarjana yang bekerja selama lima tahun belum tentu mendapat 500 dolar AS," paparnya.
Di sisi lain, Yahya menjelaskan, seharusnya dengan predikat Jatim sebagai wilayah berpendapatan kapita lumayan, bisa membantu diwujudkannya peningkatan pencapaian gaji karyawan lulusan sarjana. "Di samping itu, selama ini dominasi 60 persen perekonomian di Jatim hanya terfokus di wilayah Utara dan Selatan Jatim," ujarnya.
Ia mencontohkan, perekonomian hanya berpusat di Blitar, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Gresik, Tulungagung, dan Pasuruan. Padahal, pada 10 tahun lalu angka penguasaan ekonomi di Jatim hanya 50 persen. "Bahkan, penyebaran pabrik masih fokus dibangun di Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya," ujarnya menegaskan.
Untuk itu, ia menyarankan, lebih baik penempatan pabrik di kawasan industri tersebut, segera dipindah ke daerah pelosok Jatim seperti Nganjuk, Kertosono, dan Jombang. "Kami optimistis, upaya ini dapat meningkatkan produktivitas, kesejahteraan masyarakat, dan menambah lapangan pekerjaan, sehingga bisa membantu Jatim menggerakan laju perekonomian," tandas Yahya.