Kamis 30 Sep 2010 02:15 WIB

Pasar Saham Indonesia Masih Menjanjikan

Rep: Agung Budiono/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pertumbuhan ekonomi yang kuat lantaran didongkrak dari pembangunan sektor infrastrukur diyakini membuat rasio Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus mengalami peningkatan. Selain itu, menurunnya biaya modal serta rasio utang yang terkendali juga dinilai mampu menopang peforma indeks, sehingga hal itu menunjukkan bahwa pasar saham di Indonesia masih cukup menjanjikan.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, menjelaskan arus modal yang masuk hendaknya dapat diarahkan untuk mendorong pembangunan infrastruktur. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi bisa terus meningkat dan berkesinambungan.

''Pembangunan infrastruktur dapat mendorong //sustainability// pertumbuhan ekonomi, sehingga memperkuat fundamental makro, yang bisa mendorong peforma indeks terus mengalami peningkatan,'' paparnya usai berbicara dalam forum 'The Indonesia Investment Forum', di Jakarta, Rabu (29/9).

Di tempat yang sama, Direktur Corporate Finance, DBS Vickers Securities Indonesia, Rudi Budiardjo menjelaskan, terdapat tiga alasan kuat mengapa IHSG masih terus mengalami penguatan. Pertama, sebut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, di mana menurut hasil riset DBS, PDB Indonesia diprediksi tumbuh enam persen di 2010. ''Pertumbuhan yang kuat ini menjadi faktor pendorong utama yang mendukung tingginya rasio IHSG,'' paparnya.

Alasan kedua yang diyakini menopang peforma IHSG, lanjut dia, yaitu menurunnya biaya modal yang dikeluarkan korporasi untuk meningkatan modalnya (//lower cost of capital//). ''Hal itu salah satunya disebabkan rendahnya tingkat kupom dari surat hutang negara, contohnya surat hutang negara dengan jangka waktu 10 tahun telah turun 200 basis poin sejak awal tahun,'' tutur Rudi.

Dijelaskannya, rendahnya imbal hasil dari surat hutang negara memberikan biaya modal lebih rendah untuk korporasi yang secara otomatis memperkuat valuasi discounted cash flow (DCF) dan Earning Per Share (PER). "Saya melihat adanya korelasi antara imbal hasil surat hutang dengan potensi penguatan PER," ungkap Rudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement