REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah harus mewaspadai ancaman inflasi terhadap pangan pada 2011 mendatang. Oleh karena itu, peran Bulog sebagai pengontrol harga pangan harus kembali diperkuat.
Direktur Econit, Hendri Saparin,i mengungkapkan ancaman inflasi pangan tidak terlepas dari perubahan iklim dunia yang menyebabkan pengurangan pasokan pangan internasional.
"Pasokan tepung dan beras jadi ancaman kita ke depan, sekarang apa yang akan kita lakukan," ujarnya saat rapat dengar pendapat pembahasan RAPBN 2011 dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, (30/8) malam.
Hendri menilai pemerintah sudah salah dalam mengelola harga pangan. Instrumen yang digunakan selama ini hanya operasi pasar dan pajak ditanggung pemerintah. "Ini tidak cukup perlu ada perubahan," ujarnya.
Menurutnya kebijakan mengoreksi peran bulog pada 1998 lalu adalah keliru. Karena itu, perannya sebagai pengatur harga pangan kini harus dikembalikan lagi. "Malaysia saja kini masih mengatur harga pangannya, susu, gula, tepung terigu, semua masih dikontrol," terangnya.
Ditempat yang sama Ekonom UGM Anggito Abimanyu sependapat adanya ancaman pangan, khususnya beras pada 2011 mendatang. Menurut dia kecenderungan harga beras dunia turun tapi di dalam negeri malah naik.
"Sekarang cadangan bulog 1,5 juta ton tidak cukup untuk stabilisasi. Ini prioritas pertama yakni dengan menambah gudang dan stok, jika perlu impor," papar Anggito.