REPUBLIKA.CO.ID,GRESIK--Revitalisasi industri gula berjalan tersendat-sendat. Jika pemerintah gagal memecahkan masalah pengadaan lahan bagi pabrik gula baru, Indonesia akan gagal mencapai swasembada pada 2014.
Direktur Utama PTPN X, Subiyono, yang ditunjuk menjadi koordinator revitalisasi pabrik gula mengatakan, dari perhitungannya, Indonesia bisa defisit 2,159 juta ton gula pada 2014. Padahal, pemerintah mencanangkan saat itu industri nasional telah mampu mencukupi sendiri kebutuhan gula rumah tangga dan industri sebanyak 5,7 juta ton.
Subiyono mengatakan, masalah bahan baku menjadi problem bagi pencapaian target itu. '''Hampir 95 persen tanaman tebu di Jawa dimiliki petani. Kami tidak bisa memaksa mereka menanam komoditas yang merugikan. Harus ada insentif-insentif agar petani bisa menanam tebu,''' katannya dalam sambutan kunjungan Menteri Perindustrian MS Hidayat ke pabrik PT Barata Indonesia, Kamis (27/8).
Selain revitalisasi di on farm, Subiyono juga menekankan pentingnya keseriusan menggarap sisi off farm. Dia berkata, pihaknya kini melakukan amalgamasi pabrik-pabrik gula kecil untuk mengefisienkan produksinya. Selain itu, dia juga menyebut pentingnya pembangunan pabrik gula baru untuk mencapai target swasembada gula di 2014.
Hidayat mengaku sepaham dengan Subiyono. Dia mengiyakan pembangunan pabrik gula baru terkendala lahan. Terlebih, saat ini ada isu moratorium yang membatasi ruang gerak pemerintah dalam mencari lokasi pembangunan pabrik gula baru. '''Saya berjuang mendapatkan lahan. Minggu depan akan ada rakor (rapat koordinasi) menteri (perekonomian) untuk membicarakan lahan baru,'' ucapnya.
Saat ini, kata Hidayat, paling realistis melakukan revitalisasi dengan mengintensifkan produksi di pabrik gula eksisting. Untuk wacana pembangunan pabrik gula baru di Merauke, dia melihat hal itu masih banyak memiliki kendala infrastruktur transportasi maupun energi.