REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indonesia merupakan negara dengan luas lahan karet terbesar di dunia. Dengan luas areal mencapai 3,4 juta hektare (2009), Indonesia mengungguli areal karet Thailand (2,67 juta hektare) dan Malaysia (1,02 juta hektare).
Namun, hingga tahun lalu, produksi karet nasional yang mencapai 2,4 juta ton masih berada di bawah Thailand yang berhasil memproduksi 3,1 juta ton karet per tahun. Malaysia berada di urutan ketiga dengan produksi 951 ribu.
Membaiknya perekonomian dunia, khususnya Cina, turut berdampak pada prospek karet ke depan. Indonesia pun berpeluang untuk menjadi produsen utama di dunia karena memiliki potensi sumber daya yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi.
“Targetnya, pada tahun 2011 mendatang kita menjadi produsen karet terbesar di dunia,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Achmad Mangga Barani, kepada Republika, Senin (21/6).
Dia melanjutkan, masih lebih rendahnya produktivitas karet Indonesia dibandingkan Thailand disebabkan banyaknya tanaman karet yang sudah tua atau rusak. Saat ini, ada sekitar 400 ribu hektare tanaman karet yang sudah harus segera diremajakan.
Rendahnya produktivitas yang hanya 901 kilogram per hektare per tahun juga disebabkan karena sebagian besar tanaman berasal dari benih sapuan, bukan klon unggul.
“Karena itu tahun ini kita lakukan peremajaan 50 ribu hektare di sejumlah sentra tanaman karet. Peremajaan paling banyak dilakukan di Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu, dan Jambi,” papar Mangga Barani.
Dengan adanya peremajaan tanaman karet tersebut, lanjut Mangga Barani, pemerintah berharap produktivitas karet terus terdorong. Ke depan, produktivitas meningkat dari 901 kilogram per hektare per tahun menjadi 1.500 kilogram per hektare per tahun.
Dikatakan, bila Indonesia berhasil menjadi produsen karet terbesar di dunia, maka bersama Thailand dan Malaysia, Indonesia akan menyetir perdagangan karet dunia.
Terlebih, sejak 2009 lalu, Indonesia, Thailand, dan Malaysia telah membuat perjanjian tripartit terkait harga jual karet di pasaran internasional. Dengan perjanjian itu, maka harga karet dunia ditentukan oleh ketiga negara yang merupakan produsen terbesar di dunia.
“Kita sudah komitmen, kalau harga karet di bawah 1,5 dolar AS per kilogram, maka kita tidak akan lepas ke pasaran,” ucap Mangga Barani.
Patokan harga tersebut, lanjut Mangga Barani, akan memberikan jaminan kepada petani karet terkait harga jual. Saat ini, harga karet di pasaran berkisar antara tiga dolar AS sampai 3,5 dolar AS per kilogramnya. “Harganya sekarang sedang bagus,” tandas Mangga Barani.