REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Harga minyak dunia merosot pada Jumat (11/6), karena para dealer melakukan ambil untung dari kenaikan tajam baru-baru ini. Selain itu, lebih lemahnya data ekonomi China mengurangi sentimen investor.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, mundur 30 sen menjadi 75,18 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli menyusut 10 sen menjadi 75,19 dolar per barel dalam transaksi pagi London.
Produksi (output) industri dari jutaan pabrik dan workshops China naik 16,5 persen pada Mei, lebih lambat dari peningkatan April sebesar 17,8 persen, Biro Statistik Nasional mengumumkan pada Jumat (11/6). "Mungkin ada beberapa kehati-hatian karena data produksi industri China, yang sedikit lebih rendah dari harapan," kata analis minyak bank ANZ Serene Lim.
"Tapi secara keseluruhan angka ekonomi mereka tampak kuat dan ada beberapa risiko terlalu panas," katanya. China konsumen minyak terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat, dan data ekonomi sekarang memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar minyak mentah.
Lim menambahkan bahwa investor juga mengambil keuntungan setelah harga minyak mentah rally di sesi terakhir. Minyak telah naik untuk hari ketiga berturut-turut pada Kamis, didorong oleh kuatnya data ekspor China dan prospek optimis permintaan energi dari Badan Energi International (IEA).
China, Kamis, mengatakan, surplus perdagangannya meningkat pada Mei, karena kuatnya permintaan asing yang mendorong ekspor naik 48,5 persen dari setahun lalu. Angka perdagangan membantu meringankan kekhawatiran bahwa krisis utang zona euro akan membebani ekonomi terbesar ketiga dunia.
Pasar minyak juga mendapat dorongan dari laporan bulanan terbaru pasar minyak Badan Energi Internasional. IEA pada Kamis menaikkan estimasi permintaan dunia tahun ini sebesar 60.000 barel per hari menjadi 86,40 juta barel per hari, mengatakan data awal pada kegiatan ekonomi di negara-negara maju lebih kuat dari yang diperkirakan.