REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat perminyakan, Kurtubi, memprediksi harga minyak dunia tahun ini tidak akan setinggi yang diperkirakan sebelumnya, yaitu sekitar 80 dolar AS. Menurutnya, hal itu terkait krisis utang yang melanda Eropa dan melemahnya mata uang euro.
''Saya pikir harga minyak dunia sulit menembus 80 dolar AS,'' ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (6/6).
Dia menegaskan, jika pun ada kenaikan harga minyak dunia di atas 80 dolar AS yang berarti di atas asumsi makro APBN maka harga BBM juga tidak perlu dinaikkan. Sebab, jelas dia, hal itu akan kontraproduktif terhadap ekonomi rakyat dan pertumbuhan ekonomi. ''Geliat ekonomi rakyat akan semakin terdesak,'' ujarnya mengingatkan.
Kurtubi menyarankan, pemerintah memiliki alternatif kebijakan agar harga BBM tidak dinaikkan jika sewaktu-waktu harga minyak dunia melonjak. Misalnya, dengan mengkonversi premium bersubsidi ke Bahan Bakar Gas (BBG).
Selain itu, lanjut dia, pemerintah harusnya dapat me-review cara penghitungan subsidi BBM dari yang tadinya menggunakan harga pasar internasional menjadi biaya pokok BBM. ''Karena biaya pokok BBM jauh lebih rendah dari harga pasar Internasional,'' jelasnya.