JAKARTA--Bagi para wanita sosialita, bepergian dengan mengenakan aksesoris bermerek atau branded, adalah suatu kebanggaan tersendiri. Tak beda halnya dengan para wanita modern di dalam negeri, kebiasaan dari tabiat konsumerisme dan gaya hidup hedonis menuntut mereka harus tampil gaya setiap hari.
Bahkan kalau bisa, semua aksesoris di tubuh harus pula yang punya branded di mata orang lain. Sebut saja tas birkin Hermes yang disebut-sebut simbol kemapanan sedunia, blackberry bersarung Hello Kitty kristal Swarovsky, atau bling-bling Solitaire. Semua aksesoris itu masuk dalam daftar barang-barang branded.
Di sela-sela bertenggerannya produk-produk branded, kini mulai bermunculan produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mulai merangsek berdesakan untuk masuk dan mendapatkan perhatian para wanita sosialita.
Tentu saja gerakan ‘merebut pasar’ itu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, utamanya Kementerian Koperasi dan UKM. Hal itu pulalah yang mendorong Menteri Koperasi dan UKM, Syarifuddin Hasan, menyempatkan diri datang pada acara 'Republika dan Miss Jinjing Peduli UKM Indonesia' di La Codefin, Kemang, Jakarta, Jumat (30/4).
Acara yang menyuguhkan pameran produk-produk UKM dalam negeri dan peluncuran buku 'Miss Jinjing Pantang Mati Gaya' tersebut dihadiri para wanita sosialita, Pemimpin Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri, Direktur Utama Penerbit Republika, Tommy Tamtomo, dan sejumlah pejabat eselon kementerian.
Menteri mengatakan, upaya UKM merebut pasar hendaknya diawali dengan gerakan cinta produk dalam negeri. Walaupun demikian, Syarifuddin melanjutkan, mencintai produk dalam negeri bukan berarti harus fanatik dan alergi terhadap produk-produk asing. ''Memang lebih bagus kalau bisa semuanya pakai produk dalam negeri, tapi satu-dua aksesoris luar negeri yang masih lebih bagus juga tidak apa-apa,'' katanya.