Jumat 17 Mar 2023 10:29 WIB

Minyak Stabil di Awal Sesi Asia, Investor Perhatikan Krisis Perbankan

Kontrak acuan minyak mentah masih menuju penurunan pekanan.

Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di lapangan minyak dan gas bumi (ilustrasi). Harga minyak sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Jumat (17/3/2023), setelah pertemuan antara Arab Saudi dan Rusia menenangkan pasar.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di lapangan minyak dan gas bumi (ilustrasi). Harga minyak sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Jumat (17/3/2023), setelah pertemuan antara Arab Saudi dan Rusia menenangkan pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Jumat (17/3/2023), setelah pertemuan antara Arab Saudi dan Rusia menenangkan pasar, tetapi kontrak acuan minyak mentah masih menuju penurunan pekanan kedua setelah krisis perbankan memicu aksi jual di pasar keuangan global pekan ini.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis dua sen menjadi diperdagangkan di 74,72 dolar AS per barel pada pukul 01.33 GMT, setelah menghentikan penurunan tiga hari untuk menyelesaikan perdagangan 1,0 persen lebih tinggi pada Kamis (16/3/2023). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut dua sen menjadi diperdagangkan pada 68,33 dolar AS per barel, setelah ditutup 1,1 persen lebih tinggi di sesi sebelumnya.

Baca Juga

Kedua harga acuan mencapai level terendah dalam lebih dari setahun pada pekan ini dan bersiap untuk membukukan penurunan pekanan terbesar sejak Desember sekitar 10 persen. Minyak dan aset global lainnya melemah pekan ini karena jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank membuat pemerintah AS dan Swiss berebut untuk menopang likuiditas di bank.

Risiko penularan di antara bank masih membuat investor gelisah, membatasi selera mereka terhadap aset-aset seperti komoditas. Karena mereka khawatir penurunan lebih lanjut dapat memicu resesi global dan mengurangi permintaan minyak.

"Kegagalan SVB dan Signature Bank yang tiba-tiba memaksa pemikiran ulang tentang kesehatan ekonomi yang lebih luas dan pasar yang ketakutan," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan.

"Permintaan minyak diperkirakan ulang, tetapi kami melihat sedikit perubahan fundamental dan cenderung mengatasi volatilitas sektor keuangan, menjaga perkiraan harga kami tidak berubah untuk saat ini karena kami menunggu pembaruan tentang tindakan kebijakan potensial dalam beberapa minggu mendatang," kata para analis, merujuk ke pertemuan OPEC+ dan Washington kemungkinan bergerak untuk mulai mengisi kembali cadangan strategis.

Komite penasihat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 3 April.

Penurunan harga lebih lanjut dapat mendorong OPEC+ untuk mengurangi pasokan guna mencegah perkiraan peningkatan persediaan pada kuartal kedua, analis di National Australia Bank mengatakan dalam sebuah catatan.

WTI turun di bawah 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, mungkin membuat harga cukup menarik bagi pemerintah AS untuk mulai mengisi Cadangan Minyak Strategis, yang berada di level rekor terendah.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement