Jumat 17 Mar 2023 10:06 WIB

Kolapsnya SVB Guncang Kepercayaan Terhadap Perbankan AS

Sejak krisis keuangan global 2008, masyarakat tak lagi percaya pada sektor perbankan.

Tanda Silicon Valley Bank diperlihatkan di San Francisco, 13 Maret 2023. Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), yang pernah menjadi bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat, telah
Foto: AP Photo/Jeff Chiu, file
Tanda Silicon Valley Bank diperlihatkan di San Francisco, 13 Maret 2023. Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), yang pernah menjadi bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat, telah "menggoyahkan kepercayaan terhadap perbankan AS" karena kekhawatiran yang meningkat atas simpanan bank, kata seorang pakar.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), yang pernah menjadi bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat, telah "menggoyahkan kepercayaan terhadap perbankan AS" karena kekhawatiran yang meningkat atas simpanan bank, kata seorang pakar.

Kehancuran SVB yang padat teknologi telah "membuat orang jauh lebih khawatir tentang simpanan mereka di bank, dan rumor apa pun akan ditindaklanjuti lebih cepat. Saya pikir itu risiko besar," kata Charles Read, seorang pakar ekonomi dan sejarah di University of Cambridge mengatakan kepada Xinhua baru-baru ini.

Baca Juga

Read mengatakan, sejak krisis keuangan global 2008, masyarakat tidak lagi percaya pada sektor perbankan, sehingga penarikan dana bank besar-besaran akan terjadi lebih cepat. "Teknologi juga mempermudah pengambilan uang dari bank secara daring, dan orang akan melakukannya kapan pun mereka khawatir," jelas Read.

SVB ditutup oleh regulator AS pada Jumat (10/3/2023) setelah pemberi pinjaman itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, memicu pelarian simpanan bank. Itu adalah kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS, dan segera diikuti oleh penutupan Signature Bank, pemberi pinjaman sektor uang kripto pada Ahad (12/3/2023).

Read mengatakan, alasan yang mendasari jatuhnya SVB adalah kenaikan suku bunga. Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga secara agresif dalam satu tahun terakhir, dalam upaya untuk mengekang inflasi yang merajalela.

Kata Read, jenaikan suku bunga telah memberikan tekanan signifikan pada sistem keuangan global. Perbankan bisa kesulitan saat suku bunga naik.

"Jika suku bunga naik, akan menjadi lebih mahal bagi mereka untuk menarik simpanan. Hal itu juga melemahkan kelayakan kredit orang yang telah mereka pinjami uang. Jadi, mereka merasa lebih sulit untuk melunasi utangnya ketika suku bunga naik," kata Read menambahkan.

Meskipun ini biasanya merupakan proses yang cukup lambat, SVB terpukul keras ketika suku bunga jangka pendek naik di atas suku bunga jangka panjang, menurut Read. SVB tiba-tiba mengalami kesulitan setelah meminjam dalam jangka pendek dan meminjamkan dalam jangka panjang.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement