Selasa 07 Feb 2023 04:04 WIB

Sektor Ini Diproyeksikan akan Dorong Perbaikan Ekonomi Syariah

Sektor unggulan halal value chain kuartal III 2022 tumbuh sebesar 5,5 persen

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Bank Indonesia bersama OJK, KNEKS, LPPI dan Pusat Ekonomi & Bisnis Syariah UI  menggelar Sharia Economic & Financial Outlook (Shefo) di Hotel Pullman Jakarta, Senin (6/2/2023).
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Bank Indonesia bersama OJK, KNEKS, LPPI dan Pusat Ekonomi & Bisnis Syariah UI menggelar Sharia Economic & Financial Outlook (Shefo) di Hotel Pullman Jakarta, Senin (6/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan sejumlah sektor akan mendorong perbaikan ekonomi syariah pada tahun ini. Deputi Dewan Gubernur BI Juda Agung yakin tahun ini perbaikan ekonomi syariah masih akan berlanjut.

"Perbaikan ekonomi syariah masih akan terus berlanjut dan diperkirakan akan kembali didorong oleh kinerja sektor pertanian dan sektor pariwisata ramah muslim dengan didukung pembiayaan syariah," kata Juda dalam Sharia Economics and Financia Ourlook (Shefo) 2023 di Jakarta, Senin (6/2/2023).

Baca Juga

Terlebih, Juda mengungkapkan pada 2022 sektor unggulan halal value chain dari sektor pertanian, makanan dan minuman halal, serta pariwisata ramah muslim memiliki kinerja yang positif. Juda mengatakan pada kuartal III 2022, sektor halal value chain tumbuh sebesar 5,5 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama pada 2021.

Dengan potensi ekonomi dan keuangan syariah domestik yang begitu besar, Juda mengakui sejumlah tantangan akan dihadapi. "Tantangannya, masih terbatasnya pertumbuhan usaha syariah kalau dibandingkan potensi yang begitu besar. Baik untuk memenuhi untuk kebutuhan domestik maupun dalam rangka ekspor ke berbagai negara," ungkap Juda.

State of the Global Islamic Economi (SGIE) Report 2022, ekonomi syariah Indonesia masih menduduki ranking empat di bawah Malaysia, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab. Lalu dari sektor makanan halal, Indonesia sudah menempati raking kedua namun untuk daging halal masih jauh. Sementara di sektor fesyen muslim, Indonesia menempati ranking tiga namun sektor traveling, Indonesia masih belum masuk 10 besar.

Juda menilai, kondisi tersebut tentunya disebabkan oleh sektor halal di hulu yang masih rendah. Juda menambahkan proses sertifikasi halal jua belum optimal dan hub pasar domestik serta impor belum optimal.

Dia juga menyoroti pembiayaan syariah belum signifikan dan masih menjadi tantangan yang menonjol di sektor keuangan syariah. "Di dunia, Indonesia masih ranking lima untuk pembiayaan syariah. Ini antara lain disebabkan oleh basis penabung masih terbatas, inovasi produk juga masih terbatas, sementara yang dibutuhkan lebih banyak bervariasi dan belum terlalu banyak pilihan bagi investor," ungkap Juda.

Selain itu, Juda menuturkan literasi mengenai ekonomi dan keuangan syariah juga perlu ditingkatkan. Dia menilai tantangan tersebut perlu disikapi dengan solusi agar pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang.

"Perlu dicarikan solusi bersama melalui refocusing berbagai kebijakan. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki ini selaras dengan misi ekonomis yariah Indonesia menjadi pusat keuangan ekonomi dunia pada 2024," tutur Juda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement