Jumat 20 Jan 2023 17:41 WIB

Survei BI: Cabai Hingga Tarif PAM Kerek Inflasi 0,41 Persen

Bank Indonesia melaporkan survei pemantauan harga pada pekan ketiga Januari 2023.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petani memetik cabai rawit yang sudah matang di Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (18/1/2023). Bank Indonesia melaporkan survei pemantauan harga pada pekan ketiga Januari 2023. Berdasarkan data survei hingga periode tersebut, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan lalu.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petani memetik cabai rawit yang sudah matang di Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (18/1/2023). Bank Indonesia melaporkan survei pemantauan harga pada pekan ketiga Januari 2023. Berdasarkan data survei hingga periode tersebut, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan survei pemantauan harga pada pekan ketiga Januari 2023. Berdasarkan data survei hingga periode tersebut, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan lalu. 

“Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan pekan ketiga yaitu cabai rawit dan cabai merah masing-masing sebesar 0,06 persen,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (20/1/2023). 

Baca Juga

Faktor penyumbang inflasi lainnya yaitu bawang merah 0,05 persen dan beras 0,04 persen. Sementara emas perhiasan dan rokok kretek dengan filter masing-masing sebesar 0,03 persen. Lalu juga bawang putih, kangkung, tahu mentah, nasi dengan lauk, rokok kretek dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen. 

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode tersebut yaitu bensin 0,06 persen. Begitu juga angkutan udara 0,05 persen, telur ayam ras 0,03 persen dan tomat 0,01 persen. 

Erwin memastikan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. “Selain itu juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” ungkap Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement