Jumat 25 Nov 2022 17:05 WIB

Peluang dan Tantangan Industri Asuransi Syariah Kembangkan Asuransi Hijau

Asuransi hijau di Indonesia masih didominasi oleh pembeli korporasi dan pemerintah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi (Ilustrasi)
Foto: wepridefest.com
Asuransi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluang industri asuransi syariah untuk mengembangkan produk asuransi hijau dinilai cukup besar. Menurut Peneliti Ekonomi Syariah Indef Fauziah Rizki Yuniarti, praktik asuransi hijau sebenarnya sudah ditawarkan lama di Indonesia dengan nama catastrophe insurance.

Asuransi hijau biasanya memberikan manfaat perlindungan terhadap bencana alam seperti asuransi kebakaran, asuransi banjir, asuransi gempa bumi, hingga asuransi budidaya. Asuransi hijau di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pembeli korporasi dan pemerintah. 

Baca Juga

Peluang membuat asuransi hijau sangat besar, terlebih lagi Indonesia baru saja merevisi Nationally Determined Contribution (NDC) menjadi Enhanced NDC (ENDC) yang mengubah dari target 29 persen menjadi 32 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen menjadi 43 persen dengan bantuan internasional.

"Sehingga asuransi hijau sebagai salah satu instrument hijau, akan membantu pemerintah mencapai target tersebut," kata Fauziah kepada Republika.co.id, Jumat (25/11/2022).

 

Menurut Fauziah, terdapat lima peluang pengembangan produk green insurance yang berhubungan dengan Paris Agreement dan ENDC. Pertama, produk Environmental liability insurance (ELI) yang merupakan salah satu produk insuransi hijau yang paling laku di dunia. 

Kedua, asuransi untuk kendaraan berbahan dasar energi/listrik (energy vehicles/electric vehicles/EV) yang menargetkan pembeli individu/retail, contohnya asuransi untuk baterai mobil. Ketiga, asuransi terhadap proyek hijau.

Keempat, asuransi premium untuk green building/green projects. Terakhir, carbon credit insurance (asuransi kredit karbon) seiring dengan carbon trading market yang meningkat.

Adapun tantangan utama dari pengembangannya adalah pertama, literasi asuransi yang masih rendah. Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (2022) dari OJK menunjukkan bahwa literasi keuangan nasional meningkat menjadi 49,68 persen (2022) dari sebelumnya 38,03 persen (2019), tetapi literasi asuransi hanya 19,4 persen (2019) dan asuransi syariah hanya 3,99 persen (2019).

Kedua, industri asuranai akan menghadapi tantangan green washing. Ini merupakan praktik yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang ada untuk mengkomodifikasi segala hal yang berbau green sedangkan praktiknya tidak.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement