Senin 19 Sep 2022 18:13 WIB

CSIS: Lepas Harga BBM ke Mekanisme Pasar

Di negara lain justru tren harga BBM saat ini telah turun.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
 Petugas memegang keran pompa bensin jenis Pertalite di SPBU. ilustrasi (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas memegang keran pompa bensin jenis Pertalite di SPBU. ilustrasi (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga BBM terjadi lantaran pemerintah mengalihkan subsidi ke pos lain. Pasalnya subsidi BBM justru banyak dinikmati justru oleh orang mampu.

Direktur Eksekutif CSIS Yose Rizal Damuri menilai pemerintah sebaiknya menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar. Hal ini telah banyak diterapkan di negara lain.

Baca Juga

"Pemerintah harus berani menerapkan BBM diserahkan ke harga pasar, jangan diatur kemudian disubsidi," kata Rizal, Senin (19/9/2022).

Di negara lain, kata Rizal, justru tren harga BBM saat ini telah turun. Hal ini karena negara lain mayoritas telah menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar.

"Di Malaysia harga BBM Ron 95 saat ini Rp16 ribu. Itu saja mereka mengunakan cukai Rp2.500, harganya jika tanpa subsidi Rp13.500. Dulu memang sempat hampir Rp20 ribu saat harga BBM tengah tinggi-tingginya," jelasnya.

Dengan menyerahkan ke mekanisme pasar, lanjut Rizal, subsidi BBM dapat dislokasikan ke tempat lain, seperti sektor transportasi umum. Sehingga masyarakat diharapkan dapat beralih menggunakan transportasi umum

"Jadi saat harga BBM naik, orang beralih ke kendaraan umum yang disubsidi, atau mengurangi konsumsi BBM. Subsidi ini nantinya dapat dialihkan ke berbagai bentuk," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement