Sabtu 13 Aug 2022 00:35 WIB

OJK: Generasi Milenial Lebih Tertarik dengan Investasi Berkelanjutan

Milenial lebih tertarik investasi yang berdampak positif pada sosial dan lingkungan

Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, generasi milenial di dunia lebih tertarik kepada investasi berkelanjutan.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, generasi milenial di dunia lebih tertarik kepada investasi berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, generasi milenial di dunia lebih tertarik kepada investasi berkelanjutan atau investasi yang memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan.

"Berdasarkan studi, generasi milenial yang berinvestasi justru lebih banyak kepada investasi berkelanjutan secara proporsional dari keseluruhan portofolio mereka dibanding dengan generasi yang lebih tua," kata Mahendra dalam acara LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (12/8/2022).

Baca Juga

Ia memaparkan investor global yang berusia 18-36 tahun mengaku menginvestasikan rata-rata 41 persen dari portofolionya pada investasi berkelanjutan.

Dengan demikian investasi generasi milenial tersebut dilakukan pada produk perusahaan dan lembaga yang memiliki kegiatan bisnis serta mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, memperhatikan kesejahteraan masyarakat, dan dilaksanakan memenuhi prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG).

Mahendra mengungkapkan di Indonesia, investor generasi milenial dan generasi Z pun mulai mendominasi pasar modal, yang berjumlah sebanyak 81 persen dari 9,3 juta investor pasar modal di Tanah Air per Juni 2022.

Salah satu pendorong utama masuknya investor muda ke pasar modal Indonesia adalah tingkat literasi mengenai investasi yang semakin tinggi, ditopang berbagai kanal informasi yang semakin mudah diakses terutama di media sosial.

Di sisi lain digitalisasi juga membuat proses transaksi efek di pasar modal semakin mudah dan terjangkau, termasuk pembukaan rekening efek yang kini bisa dilakukan melalui internet, salah satunya melalui agen penjualan di perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech).

"Digitalisasi ini juga terjadi berkat dorongan pandemi Covid-19 yang memberi momentum tambahan," tutur Mahendra.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement