Senin 08 Aug 2022 15:43 WIB

Pengusaha Dorong Survei Cadangan Beras Dilakukan Rutin

Survei sangat membantu kalangan pelaku usaha untuk mempersiapkan produksi beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melakukan proses pengolahan beras di penggilingan padi (ilustrasi). Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mendorong agar Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) dilakukan secara rutin.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Pekerja melakukan proses pengolahan beras di penggilingan padi (ilustrasi). Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mendorong agar Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) dilakukan secara rutin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mendorong agar Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) dilakukan secara rutin. Survei tersebut dinilai sangat membantu kalangan pelaku usaha untuk mempersiapkan produksi beras.

"Saran kami, tentu ini perlu dilakkan dalam satu tahun selama beberapa kali, khususnya mulai bulan Agustus. Ini mesti dilakukan lagi," kata Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, periode Agustus dan September biasanya terjadi penurunan produksi beras. Karena itu, dengan adanya data valid pasokan beras, pemerintah bersama pelaku usaha dapat melakukan prediksi setidaknya hingga setahun ke depan.

"Prediksi ini juga dibutuhkan anggota Perpadi, apa yang harus dilakukan bersama pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan beras," katanya.

Adapun sejauh ini, Sutarto memastikan harga beras saat ini dapat dikendalikan dengan baik. Meskipun, khusus untuk harga beras medium tidak dapat dipenuhi pasar sesuai patokan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kg.

Apalagi, berdasarkan pemantauan Perpadi, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) saat ini sudah berada pada kisaran Rp 5.400 per kg, atau lebih tinggi dari acuan HPP Rp 4.200 per kg.

Perwakilan International Rice Research Institute (IRRI) untuk Indonesia, Hasil Sembiring, pun mendoorng informasi data yang dihasilkan melalui survei itu lebih sering bahkan lebih detail per pulau atau daerah. "Mestinya, pmerintah juga bisa menyiapkan dana untuk kebutuhan survei ini sehingga frekuensinya bisa ditambah," kata dia.

Sebagai informasi, SCBN 2022 mendata stok beras pada periode akhir Maret, akhir April atau menjelang lebaran, dan akhir Juni atau pasca lebaran. Tercatat, stok beras per 31 Maret 2022 sebesar 9,71 juta ton, lalu 30 April 10,15 juta ton, dan akhir Juni 9,11 juta ton.

Hingga akhir Juni 2022, keberadaan stok beras terbesar terdapat di rumah tangga yakni sebesar 6,6 juta ton atau 67,94 persen. Stok beras terbanyak selanjutnya terdapat di pedagang sekitar 1,04 juta ton, lalu di penggilingan sebanyak 690 ribu ton, industri horeka 280 ribu ton serta di Bulog 1,11 juta ton.

Dilihat dari wujud beras, khusus periode Juni 2022, dari total stok 9,11 juta ton, sebanyak 5,85 juta ton setara beras disimpan dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Adapun yang disimpan dalam bentuk beras siap konsumsi sebanyak 3,4 juta ton. Lalu dalam wujud beras pecah kulit 50 ribu ton dan menir 20 ribu ton.

Deputi Statistik Produksi BPS, Habibullah, mengatakan, hasil survei bersama tersebut mengonfirmasi posisi surplus beras periode 2019 hingga 2022."Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia swasembada beras," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement