Ahad 26 Dec 2021 23:36 WIB

Ekonom Sebut Tahun Depan Jadi Masa Peralihan

Vaksinasi menjadi kunci penanganan Covid-19 demi mempercepat pemulihan ekonomi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Suasana deretan gedung bertingkat dan rumah permukiman warga di kawasan Jakarta, Selasa (21/12/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2021 diperkirakan berada di atas 5 persen didukung oleh menguatnya aktivitas konsumsi dan investasi serta masih tingginya ekspor seiring terkendalinya kondisi pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Suasana deretan gedung bertingkat dan rumah permukiman warga di kawasan Jakarta, Selasa (21/12/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2021 diperkirakan berada di atas 5 persen didukung oleh menguatnya aktivitas konsumsi dan investasi serta masih tingginya ekspor seiring terkendalinya kondisi pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom sekaligus Staf Khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ryan Kiryanto menyatakan, tahun depan ibarat masa peralihan. Setelah dua tahun terakhir menghadapi pandemi, diharapkan pada 2022 Covid-19 sudah bisa diatasi, sehingga masuk era kenormalan baru.

"Sekarang seluruh dunia hadapi pandemi. Kita di dalam negeri waspadai jangan sampai muncul outbreak ketiga," ujarnya dalam Forwada Online Media Workshop, Jumat (24/12).

Baca Juga

Menurut dia, kunci penanganan Covid-19 yakni vaksinasi. Secara global, kata dia, vaksinasi sudah baik, namun sayangnya terjadi divergensi.

"Jadi kelompok negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa cepat sekali sampai sudah masuk tahap booster. Sementara di negara berkembang seperti di Asia apalagi Afrika tingkat vaksinasi masih di bawah ekspektasi WHO," kata dia.

Di Afrika, lanjutnya, tingkat vaksinasi rendah baru sekitar 10 sampai 12 persen. Maka memunculkan varian baru Omicron dari Afrika Selatan.

"Apa pun jenisnya berisiko atau tidak, namanya virus tetap harus diantisipasi baik. Ketika Omicron terekspos cukup mengguncang pasar keuangan dan memberi tekanan ke capital market Amerika Serikat (AS) dan negara lain," jelas Ryan.

Di Indonesia, kata dia, banyak pihak memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 3,6 persen. Menurutnya angka itu cukup bagus, dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang minus 2,1 persen.

"Tahun depan bergerak lebih kencang lagi ke level normal kalau kita lihat AS sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia," kata dia. Dirinya menambahkan, saat ini kasus aktif positif Covid-19 tidak sampai 5.000 atau sekitar 4.800, sangat kecil dibandingkan total penduduk di Tanah Air.

Maka dampaknya, kegiatan ekonomi membaik. "Jadi pertumbuhan ekonomi 3,51 persen pada kuartal III itu modal kita masuk tahun transisi new normal atau hidup di masa endemi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement