Sabtu 04 Dec 2021 01:48 WIB

Huawei Gelar TrustInTech Summit 2021

Industri energi global akan berubah dari bergantung pada sumber daya

Hou Jinlong, Senior Vice President of Huawei and President of Huawei Digital Power.
Foto: Huawei
Hou Jinlong, Senior Vice President of Huawei and President of Huawei Digital Power.

REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN -- Huawei menyelenggarakan gelaran TrustInTech Summit 2021 secara daring dengan tema "Kolaborasi Global untuk Nilai Bersama". Gelaran ini dihadiri oleh tokoh-tokoh pemimpin dunia, antara lain adalah Neil Bush, Ketua dan Pendiri George H.W. Bush Foundation untuk Hubungan AS-Tiongkok, Pascal Lamy, Mantan Direktur Jenderal WTO, Pemenang Hadiah Nobel Ekonomi 2018, William Nordhaus, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN H.E. Satvinder Singh, Duta Solar System NASA Derrick Pitts, dan Hou Jinlong, Senior Vice President of Huawei and President of Huawei Digital Power.

Pada gelaran tersebut, para peserta mendiskusikan tantangan perekonomian global, perlindungan lingkungan, mata pencaharian, inovasi teknologi, dan banyak bidang utama lainnya, dan menyerukan upaya bersama dari negara dan industri untuk mengatasi tantangan ini.

Kemanusiaan telah memasuki era di mana kepentingan, nasib, dan masa depan saling terkait erat. Pendekatan seluruh masyarakat diperlukan untuk mengatasi ancaman dan tantangan bersama yang dihadapi komunitas global. "Kita perlu mengurangi de-globalisasi untuk menghindarkan dunia menjadi tempat yang lebih buruk," kata Pascal Lamy seperti dalam siaran pers.

Satvinder Singh, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN dalam pidatonya memuji peran penting sektor swasta seperti Huawei dalam memajukan pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di ASEAN dan sekitarnya. Ia juga berbagi pencapaian pembangunan ASEAN dan menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi dan perdagangan, transportasi dan material, transformasi digital, komputasi kinerja tinggi, dan perubahan iklim.

Satvinder Singh meminta semua pihak untuk mengambil tindakan. "Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat pemulihan sosial dan ekonomi kita benar-benar transformatif dengan berinvestasi dalam solusi krisis yang menangani transisi sosial, lingkungan, dan ekonomi yang dibutuhkan oleh masyarakat kita dan planet ini," kata Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Mencari kesamaan sambil mengesampingkan perbedaan dan membangun kepercayaan adalah jalan ke depan. Digitalisasi industri, khususnya terkait inovasi teknologi di bidang-bidang seperti energi hijau, akan menghadirkan peluang baru bagi semua sektor di seluruh dunia dan menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Saat ini, memerangi perubahan iklim telah menjadi misi global, dengan banyak negara telah mengumumkan janjinya untuk mendukung terwujudnya rendah karbon.

William Nordhaus mengatakan bahwa pemerintah harus meningkatkan investasi dalam teknologi dan penelitian rendah karbon. Hou Jinlong, Senior Vice President of Huawei and President of Huawei Digital Power berkomentar, selama 30 hingga 40 tahun ke depan, kita akan terus melihat kecerdasan dan traksi perolehan karbon rendah. Menjadi cerdas membutuhkan teknologi digital, sementara mengurangi jejak karbon kita membutuhkan teknologi elektronika daya.

"Seiring kemajuan tren ini, industri energi global akan berubah dari bergantung pada sumber daya menjadi didorong oleh teknologi," ujar Hou.

Hou juga menyatakan komitmen Huawei Digital Power untuk mengintegrasikan teknologi digital dan elektronika daya, mengembangkan daya bersih, dan memungkinkan digitalisasi energi. Dengan mengejar inovasi dalam pembangkit listrik bersih, digitalisasi energi, elektrifikasi transportasi, infrastruktur TIK hijau, dan energi pintar terintegrasi, Huawei bekerja sama dengan pelanggan dan mitra global untuk membangun rumah, pabrik, kampus, desa, dan kota rendah karbon.

"Mendukung peralihan dari dunia rendah karbon ke dunia nol karbon," katanya.

Per 30 September 2021, Huawei Digital Power telah membantu para pelanggan untuk menghasilkan 443,5 miliar kWh energi hijau dan menghemat 13,6 miliar kWh listrik. Upaya ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 210 juta ton dan penanaman 290 juta pohon.

Para peserta KTT juga mengingatkan bahwa geopolitik tidak boleh menghalangi kerja sama dan inovasi teknologi. Mereka juga menyerukan sektor dan negara untuk menghindari decoupling dan mengatasi pemikiran zero-sum. Neil Bush, Ketua dan Pendiri George H.W. Bush Foundation untuk Hubungan AS-Tiongkok mengungkapkan keprihatinannya tentang meningkatnya pemisahan global, dengan mengatakan banyak yang menganut mentalitas zero-sum berbahaya yang menentang akal sehat.

"Keberhasilan Tiongkok tidak mengambil dari kita, dan sebaliknya. Khususnya di bidang teknologi, ketika Tiongkok dan Amerika Serikat berkolaborasi, kami dapat berinovasi dengan cara yang mendasar dan revolusioner," ujarnya.

Kerja sama penelitian internasional telah menghasilkan kemajuan ilmiah. Sebagai contoh, Dr Derrick Pitts mencatat kolaborasi tujuh negara dalam International Brain Initiative, the Thirty Meter Telescope, dan beberapa proyek kerjasama penelitian ilmiah internasional lainnya. Dia berulang kali menyoroti pentingnya keragaman untuk penelitian ilmiah internasional, menjelaskan bahwa sains berkembang paling baik dalam iklim yang mendorong keragaman dan kemitraan lintas domain.

Peter Curry, Mantan Pemimpin Klinis untuk eHealth dan Konsultan Anestesi NHS, menekankan bahwa industri perawatan kesehatan menghadapi kekurangan kapasitas. "dan bahwa dokter membutuhkan informasi yang tepat di tempat yang tepat pada waktu yang tepat," ujar Peter.

Dia juga menyerukan kolaborasi erat antara industri perawatan kesehatan dan industri teknologi. Karena menjadi digital akan sangat meningkatkan efisiensi industri perawatan kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement