Jumat 26 Nov 2021 02:37 WIB

Tren Defisit APBN Membaik, Rp 548,9 Triliun per Oktober 2021

Defisit yang lebih rendah terjadi karena adanya kenaikan penerimaan negara.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Refleksi gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (26/8). Pemerintah mencatat realisasi pendapatan dan belanja negara (APBN) pada Oktober 2021 sebesar Rp 548,9 triliun  dari target Rp 1.006,4 triliun.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga/rwa.
Refleksi gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (26/8). Pemerintah mencatat realisasi pendapatan dan belanja negara (APBN) pada Oktober 2021 sebesar Rp 548,9 triliun dari target Rp 1.006,4 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat realisasi pendapatan dan belanja negara (APBN) pada Oktober 2021 sebesar Rp 548,9 triliun  dari target Rp 1.006,4 triliun. Adapun defisit ini sebesar 3,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan nilainya turun 28,2 persen dibandingkan Oktober 2020 sebesar Rp 764,8 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit Oktober 2021 lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu. Pada tahun lalu, defisit mencapai 4,67 persen terhadap PDB.

Baca Juga

“Secara keseluruhan APBN kita masih alami defisit. Namun kalau lihat dibanding (target) APBN maupun tahun lalu jauh lebih baik. Ini menunjukkan kesehatan atau tren yang membaik,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA secara virtual, Kamis (25/11).

Sri Mulyani menjelaskan defisit yang lebih rendah terjadi karena adanya kenaikan penerimaan negara. Pada Oktober 2021, pendapatan negara sebesar Rp 1.510,0 triliun atau terealisasi 86,5 persen dari target APBN.

Pendapatan negara tumbuh sebesar 18,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.277 triliun. Pendapatan negara ditopang oleh penerimaan perpajakan dan PNBP.

“Jadi kalau kita bicara tentang recovery story kenaikan itu lonjakan pendapatan yang cukup tinggi dari penerimaan negara kita,” ucapnya.

Penerimaan perpajakan tumbuh 17 persen (yoy) sebesar Rp 1.159,4 triliun atau 80,3 persen dari target APBN Rp 1.444,5 triliun. Jika dirinci penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp 953,6 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp 205,8 triliun.

Penerimaan pajak tumbuh 15,3 persen (yoy), sementara bea dan cukai tumbuh 25,5 persen (yoy). Adapun porsinya masing-masing sudah 77,6 persen dan 95,7 persen terhadap APBN 2021

"Bea cukai tumbuh kuat karena disumbangkan oleh bea masuk yang meningkat 16,8 persen dan bea keluar yang tumbuh delapan kali lipat. Jadi penerimaan bea cukai sangat baik, baik karena cukai, maupun dikontribusi oleh bea masuk dan keluar yang mengalami momentum akibat pemulihan ekonomi," jelasnya.

Dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,2 persen (yoy) menjadi Rp 349,2 triliun. Pada Oktober 2021, realisasi sebesar 117,1 persen dari target Rp 298,2 triliun.

"Ini melebihi target APBN. Kita harap bulan depan sampai akhir tahun pendapatan negara bisa tembus semuanya angka 100 persen, sehingga melebihi Rp 1.743,6 triliun seperti yang ada target APBN awal," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement