Rabu 01 Sep 2021 13:30 WIB

BPKH-Principal Kolaborasi Literasi Perencanaan Keuangan Haji

Literasi keuangan terkait perencanaan ibadah haji penting dilakukan sedari dini.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
PT Principal Asset Management (Principal) bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) untuk mendukung komitmen BPKH dalam memajukan literasi keuangan mengenai pentingnya merencanakan ibadah haji sejak dini.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
PT Principal Asset Management (Principal) bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) untuk mendukung komitmen BPKH dalam memajukan literasi keuangan mengenai pentingnya merencanakan ibadah haji sejak dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Principal Asset Management (Principal) bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) untuk mendukung komitmen BPKH dalam memajukan literasi keuangan mengenai pentingnya merencanakan ibadah haji sejak dini. Direktur Syariah PT Principal Asset Management, Fadlul Imansyah mengatakan kerja sama ini bertujuan mendorong semangat umat muslim di Indonesia dalam merencanakan perencanaan biaya beribadah haji sejak usia muda.

"Principal berkomitmen menciptakan keamanan finansial untuk dapat dicapai semua orang, serta membantu setiap orang mencapai tujuan finansial mereka, termasuk dalam mempersiapkan biaya untuk pergi beribadah haji," katanya dalam Webinar berjudul Rencanakan Haji Sejak Dini, Raih Berkah di Tanah Suci, Rabu (1/9).

Fadlul menyampaikan, instrumen pasar modal syariah dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai target pemenuhan biaya haji. Salah satu yang disarankan adalah reksadana syariah yang punya karakteristik moderat sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan.

Ia mencontohkan seseorang berusia 20 tahun dapat merencanakan pencapaian target biaya haji sebesar Rp 35 juta dalam 10 tahun dengan menabung reksadana syariah sebesar Rp 161 ribu per bulan. Dengan asumsi imbal hasil atau yield reksadana sekitar 5-6 persen per tahun.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan hasil survei yang sudah dilakukan Principal Asset Management terkait ibadah haji. Menurutnya, saat ini literasi tentang ibadah haji masih sangat rendah meski minat haji cukup tinggi.

Hanya 25 persen responden yang memahami informasi pelaksanaan haji Indonesia, baik dari sisi administrasi, keuangan, hingga spiritual. Sebanyak 69 persen menyatakan minat tinggi untuk mendaftar haji jika memiliki dananya.

"Namun hanya 45 persen yang mengatakan berhasil mencapai tujuan menabung untuk haji dalam lima tahun," katanya.

Sesuai dengan visinya untuk mengembangkan dan membumikan sistem ekonomi Syariah di Indonesia, MES juga turut serta mendukung sosialisasi ini. Ketua II Pengurus Pusat MES, Asrorun Niam Soleh menyampaikan bahwa literasi perencanaan finansial ibadah haji sangat penting dan relevan karena perubahan perilaku dan pola perencanaan keuangan masyarakat.

"Saat ini pola perencanaan haji tidak bisa hanya menggunakan cara lama seperti menjual tanah atau sekadar menabung, tapi perlu dengan cara melakukan perencanaan investasi," katanya.

Maka dari itu inisiasi untuk perencanaan ibadah haji dengan memanfaatkan instrumen keuangan syariah menjadi langkah adaptif. Ini adalah respons yang baik atas beragam pola dan perilaku masyarakat yang terus berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement