Rabu 25 Aug 2021 09:55 WIB

Menyambung Kesejahteraan Hingga ke Perbatasan Nusantara

Pelni jalankan tol laut untuk penuhi ketersediaan barang di Timur Indonesia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Satu unit kapal perintis milik PT Pelni berada di selat Semau, Kupang, NTT, Senin (16/8).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Satu unit kapal perintis milik PT Pelni berada di selat Semau, Kupang, NTT, Senin (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki wilayah perairan terbesar dengan tujuh kepulauan yang terdiri dari banyak pulau kecil. Pemerataan pembangunan di daerah tertinggal, terpencil, terdepan, dan perbatasan (T3P) dengan konsep pengangkutan logistik kelautan pun akhirnya dicetuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak penghujung 2015.

Jokowi meyakini, masa depan Indonesia ada di laut dan samudra. “Dari situlah nanti kita mempunyai ketahanan pangan dan gizi nasional,” kata Jokowi saat bersilaturahmi dengan penerima penghargaan Adibakti Mina Bahari Tahun 2015 silam.

Dilatarbelakangi disparitas harga yang tinggi antara wilayah barat dan timur, program tol laut pun resmi diluncurkan pada 4 November 2015 untuk menyambung kesejahteraan hingga perbatasan nusantara. Kala itu, pemerintah memberikan penugasan kepada PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni sesuai Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut.

Pelni sebagai salah satu operator tol laut berlayar menghubungkan pelabuhan hingga ke pulau terkecil. Kementerian Perhubungan pun kala itu menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 161 Tahun 2015 Tanggal 16 Oktober 2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang di Laut dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 168 Tahun 2015 tentang Tarif Angkutan Barang Dalam Negeri dan Bongkar Muat Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut.

Pelni pun mulai berlayar menjalankan tol laut untuk memenuhi ketersediaan barang dan kebutuhan masyarakat khususnya di bagian timur Indonesia. Kala itu, Pelni berlayar dengan tiga armadanya yakni kapal motor (KM) Caraka Jaya Niaga III-32 dengan rute Tanjung Perak-Tual-Fak fak-Kaimana-Timika-Kaimana-Fak fak-Tual-Tanjung Perak. Lalu KM Caraka Jaya Niaga III-22 dengan rute Tanjung Priok-Biak-Serui-Nabire-Wasior-Manokwari-Wasior-Nabire-Serui-Biak-Tanjung Priok. Selanjutnya KM Caraka Jaya Niaga III-4 dengan rute Tanjung Priok-Kijang-Natuna-Kijang-Tanjung Priok.

Dengan jalur bebas hambatan, Jokowi berharap tidak ada lagi kelangkaan barang di wilayah T3P sehingga kesejahteraan pun bisa digapai hingga perbatasan nusantara. Jokowi mengharapkan tidak ada lagi kelangkaan sembako, bahan bakar minyak (BBM), hingga semen. "Dengan tol laut, diharapkan harga barang menjadi lebih murah di seluruh tanah air," ungkap Jokowi.

Sejak 2015 mengoperasikan tol laut, kini Pelni memiliki sembilan trayek tol laut. Sembilan trayek tol laut tersebut dilayari oleh KM Logistik Nusantara 1 hingga 5. Begitu juga dengan mengoperasikan KM Kendhaga Nusantara 1, 7, 8, dan 11.

Pelni menyimpan ambisi agar sembilan kapal yang saat ini berlayar hingga pelosok nusantara tersebut dapat dimaksimalkan. Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut Pelni Yahya Kuncoro memastikan akan terus meningkatkan operasional tol laut. 

Strategi pun disusun demi pemanfaatan tol laut yang maksimal. Yahya mengatakan, Pelni melakukan kerja sama yang lebih intensif dengan pemerintah daerah, BUMD, dan BUMDes. "Sehingga pemerintah daerah dapat mendorong pengusaha lokal untuk memaksimalkan keberadaan kapal tol laut dalam membawa hasil bumi ataupun hasil kerajinan lokal setempat agar dapat dipasarkan di luar wilayahnya," kata Yahya kepada Republika.co.id, Rabu (25/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement