Rabu 28 Jul 2021 23:41 WIB

3 Peran ISEI Dukung Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional

3 peran penting ISEI khususnya dalam mendukung akselerasi pemulihan di era digital

Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, yang juga Ketua Bidang II untuk Kajian dan Perumusan Kebijakan Pengurus Pusat ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), dalam pembukaan diskusi publik BI–ISEI Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diselenggarakan pada Rabu (28/7) secara virtual.
Foto: ISEI
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, yang juga Ketua Bidang II untuk Kajian dan Perumusan Kebijakan Pengurus Pusat ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), dalam pembukaan diskusi publik BI–ISEI Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diselenggarakan pada Rabu (28/7) secara virtual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) memiliki tiga peran penting dalam mendukung akselerasi pemulihan ekonomi di era digital. Khususnya dalam mengantisipasi kompleksitas model bisnis serta risiko ekonomi dan keuangan di era digital.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, yang juga Ketua Bidang II Kajian dan Perumusan Kebijakan Pengurus Pusat ISEI menyampaikan tiga peran yang dimaksudkan. Pertama, memahami perkembangan isu terkini, serta berbagai inisiatif yang ditempuh otoritas secara global.

Kedua, memberikan dukungan terhadap penguatan regulatory reform di era digital yang berfokus pada simplifikasi proses perijinan dan kerja sama antar pelaku industri yang lebih dinamis. Juga fokus pada restrukturisasi industri sistem pembayaran untuk memastikan terjaganya kepentingan nasional dan playing field yang seimbang.

"Serta fokus pada pengawasan yang terintegrasi," katanya dalam keterangan, Rabu (28/7).

Ketiga, bersama-sama memanfaatkan potensi digital melalui dukungan layanan finansial untuk meningkatkan intermediasi dari jasa keuangan ke sektor potensial. Termasuk pemasaran produk-produk UMKM kepada pasar global.

Sementara itu, Deputi IV Kemenko Perekonomian RI, Rudy Salahudin menyampaikan bahwa pandemi telah mengubah perilaku konsumen menjadi less contact economy. Masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di rumah, serta belanja secara daring.

"Selama periode pandemi transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap tumbuh tinggi," katanya.

Ini dipengaruhi beberapa faktor seperti meningkatnya akseptansi dan preferensi masyarakat berbelanja daring. Kemudian, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, dan akselerasi perbankan digital.

Hal ini sekaligus melanjutkan perkembangan positif sesuai perkiraan beberapa lembaga assessor terkemuka terhadap potensi transaksi digital. Indonesia disebut mampu tumbuh hingga dua digit setiap tahunnya, atau menyentuh 124 miliar dolar AS di tahun 2025 mendatang.

"Ini salah satu yang tertinggi di antara negara-negara yang sekelas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement