Senin 22 Feb 2021 11:59 WIB

Petani Food Estate: Tim Kementan Gigih Berjuang Bersama Kami

Petani menilai kunci keberhasilan food estate adalah kerja sama dengan tim Kementan

Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang. Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah  maupun pihak lain.
Foto: Kementan
Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang. Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah maupun pihak lain.

REPUBLIKA.CO.ID, HUMBANG HASUNDUTAN – Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang. 

Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah  maupun pihak lain. Kerja keras mereka menjawab adanya tudingan sumir yang menganggap program food estate belum berhasil.

“Sah-sah saja orang bilang ini gagal total namun saya yang menanam di sini, tidak mau dibilang gagal. Beberapa lahan memang ada yang tidak tumbuh maksimal. Meski demikian, coba lihat sendiri pertanaman yang saya miliki ini. Pertumbuhannya bagus, saya dan istri saya merawat setiap harinya. Lahan saya belum panen makanya kalau dibilang gagal itu salah,” ujar petani dari Kelompok Tani Ganda Mersada, Jhon Les Lumban Gaul saat ditemui di lahannya, Kamis (18/2).

Jhon yang saat itu bersama dengan anak-anaknya yang masih kecil menyebutkan tantangan terberatnya adalah cuaca termasuk saat perayaan natal dan tahun baru. Varietas batu ijo yang ditanam di lahannya sempat ditinggalkan beberapa hari karena fokus dengan perayaan keagamaan.

“Di sini kendala utamanya cuaca yang ekstrim. Pagi kadang hujan sampai sore dan kalau malam berkabut. Keduanya, waktu petani yang tersedot pada saat perayaan natal tahun lalu. Saya akui sempat saya meninggalkan lahan namun kemudian usai perayaan, saya kembali menekuni lahan saya.

Petani berusia 50 tahun ini salut dengan Kementerian Pertanian. Bantuan yang ia terima sesuai dengan kebutuhan yang ada tanpa dikurangi dan ditutup-tutupi. Tidak hanya benih dan sarana produksi, dirinya bersama para petani lain sempat menerima upah kerja.

“Bantuan kepada kami itu tidak ada yang tersembunyi. Berapa yang dikasih ke kami, itulah yang kami terima. Mulai dari benih hingga sarana produksi kami terima penuh. Bahkan kami juga menerima upah kerja mulai saat penaburan kompos, pemasangan mulsa hingga waktu penanaman. Kami hanya tinggal merawatnya saja. Hasilnya pun bukan buat pemerintah, semua murni untuk kami para petani,” terang Jhon. 

Jika ada perbedaan pertumbuhan, dirinya menilai wajar karena itu kembali lagi ke petani yang menggarap. “Jika tumbuh dengan baik, berarti terawat dengan bagus. Jika belum bagus berarti perawatannya perlu ditingkatkan lagi. Pada dasarnya bibit yang kami terima memang bagus. Jadi ya bagaimana perawatannya. Wajar juga karena kami di sini baru pertama kali tanam, pun arealnya sangat luas. Masih perlu belajar,” lanjutnya.

Jhon juga mengingatkan bahwa hasil yang diterima bukan daun melainkan umbi yang hendak dipanen.“Perlu diperhatikan juga, kami ini memanen umbinya. Bukan daunnya. Jadi jangan fokus dengan daun bawang yang harus besar atau kecil ukurannya. Berukuran kecil pun tetap ada umbinya. Kami ini fokus dengan pertumbuhan umbinya. Panen sebesar apapun, hasilnya jelas ada,” ujar Jhon semangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement